Umat Muslim Haram Merayakan Valentine's Day
Oleh: Ust. Zen Yusuf Al Choodlry
Fenomena
perayaan Valentine's Day tidaklah terlalu asing di beberapa kota besar
di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan
kota-kota lainnya. Para remaja, walau baru kelas satu SMP, sudah
mengenal budaya setan ini. Mereka biasa merayakannya dengan mengadakan
lomba saling merayu antara lawan jenis, saling memberikan bunga dan
hadiah kepada pacarnya, mengadakan pesta musik yang terkadang disertai
minuman keras tanpa mempedulikan terjadinya percampuran pria dan wanita
non-mahram. Bahkan, acara ini oleh mereka dijadikan ajang untuk
mengekspresikan hawa nafsu kepada lawan jenis, misalnya mencium pipi,
memegang tangan, sampai melakukan perbuatan yang kelewat batas, naudzu
billahi min dzalik. Lucunya, perayaan ini pun rupanya tidak hanya
dilakukan oleh anak muda. Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan tante-tante pun
tidak ketinggalan 'bertaklid' merayakan budaya sesat ini.
Lebih memprihatinkan lagi, budaya ini telah menjarah remaja Islam, remaja yang diwanti-wanti oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
untuk selalu mengikat perilakunya dengan ajaran Islam dan tidak
membebek kepada cara hidup orang kafir, malah larut dalam perayaan
jahiliah ini dengan meninggalkan akidah Islam.
Budaya perayaan Valentine's Day telah menjarah remaja Islam . .
.membebek kepada cara hidup orang kafir dalam perayaan jahiliah ini
dengan meninggalkan akidah Islam.
Mereka
yang melakukan perayaan ini berdalih dengan kasih sayang. Padahal,
pesta semalam suntuk dalam rangka ber-Valentine's Day diikuti dengan
perbuatan dan tindakan yang bertentangan dengan moral dan agama
(khususnya agama Islam) tidak akan melahirkan kasih sayang yang sejati.
Kasih sayang yang dilahirkannya hanyalah kasih sayang semu dan palsu.
Bukan kasih sayang, mungkin lebih tepat disebut hawa nafsu.
Ber-Valentine's Day tidak akan melahirkan kasih sayang yang sejati. . .
Bukan kasih sayang, mungkin lebih tepat disebut hawa nafsu.
Sejarah Singkat Valentine's Day
Valentin,
atau Valentinus yang di Indonesia beberapa waktu terakhir ini mulai
dipopulerkan secara luas dengan istilah Valentin (tanpa e atau huruf s)
sebetulnya nama seorang martir (orang Kristen yang terbunuh karena
mempertahankan ajaran agama yang dianutnya). Valentin yang sebenarnya
adalah nama seorang tokoh agama Kristen yang karena kesalehan dan
kedermawanannya diberi gelar Saint atau Santo disingkat dengan St., yang
mempunyai tempat istimewa di dalam ajaran agama ini. Panggilan atau
gelar ini dilekatkan pula kepada tokoh Kristen yang lainnya, seperti St.
Paul, St. Peter, St. Agustine dan sebagainya. St. hanya dihubungkan
dengan nama seorang penganjur dan pemimpin besar agama Kristen, dan
karena itu tidak dapat diberikan kepada sembarang pemeluk agama ini,
yang tingkat keagamaannya masih rendah.
St.
Valentin ini karena pertentangannya dengan Kaisar CLAUDIUS II, penguasa
Romawi pada waktu itu, berakhir dengan pembunuhan atas dirinya pada
abad ketiga, tepatnya pada tanggal 14 Februari tahun 270 Masehi.
Menurut kepercayaan Kristen, kematian Valentin ini dikategorikan martir
membela agamanya, sebagaimana orang Islam menyebut syahid bagi seorang
muslim yang terbunuh di medan jihad.
Kematian
yang tragis, kesalehan, dan kedermawanan Valentin ini tidak dapat
dilupakan oleh para pengikutnya di belakang. Valentine dijadikan simbol
bagi ketabahan, keberanian, dan kepasrahan seorang Kristen menghadapi
kenyataan hidupnya. Namanya dipuja dan diagungkan dan hari kematiannya
diperingati oleh pengikutnya dalam setiap upacara keagamaan yang
dianggap sesuai dengan peristiwa tragis itu. Upacara peringatan yang
pada mulanya bersifat religius itu dimulai pada abad ketujuh Masehi dan
berlangsung sampai abad keempat belas, dan setelah abad itu
signifikansi keagamaannya mulai hilang dan tertutup oleh upacara dan
ceremony yang non-agamis.
Hari
Valentin, sebagaimana dikatakan di atas, adalah hari kematian Valentine
yang kemudian diperingati oleh para pengikutnya setiap tanggal 14
Februari. Kemudian hari Valentine ini dihubungkan pula dengan pesta atau
perjamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut supercalia yang
biasanya jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang Romawi masuk
Kristen, maka pesta supercalia itu secara religius dikaitkan dengan
kematian atau upacara kematian St. Valentine.
Penerimaan
Valentine sebagai model kasih sayang tulus diduga seperti berasal dari
kepercayaan orang Eropa, bahwa masa kasih sayang mulai bersemi bagi
burung jantan dan burung betina pada tanggal 14 Februari setiap
tahunnya. Perkiraannya atau kepercayaannya ini lalu berkembang menjadi
pengertian umum bahwa sebaiknya pihak pemuda mencari seorang pemudi
(wanita) untuk menjadikan pasangannya dan sebaliknya pada tanggal
tersebut. Bersamaan dengan itu, mereka menyarankan untuk saling tukar
tanda mata atau cadeau (kado) sebagai lambang terbinanya kasih sayang di
antara mereka. Namun, Valentine ini lebih dipopularkan lagi oleh
orang-orang Amerika dalam bentuk greeting card (kartu ucapan selamat)
terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I.
Valentine ini lebih dipopularkan lagi oleh orang-orang Amerika dalam
bentuk greeting card (kartu ucapan selamat) terutama sejak berakhirnya
Perang Dunia I.
Hukum Merayakan Valentine's Day
Keinginan
untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal
tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda
dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi, bila mengikuti
dalam perkara akidah, ibadah, syiar dan kebiasaan. Padahal, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara
peribadatan selain Islam, artinya, "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR At-Tirmizi).
Abu Waqid meriwayatkan, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
saat keluar menuju Perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik
orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka
menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat
berkata, 'Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath,
sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, 'Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa,
'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.'
Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti
kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian'." (HR At-Tirmizi, ia
berkata, hasan sahih).
Berkasih-sayang
versi valentinan ini haruslah diketahui terlebih dahulu hukumnya, lalu
diputuskan apakah akan dilaksanakan atau ditinggalkan. Dengan melihat
dan memahami asal-usul serta fakta pelaksanaan Valentine's Day,
sebenarnya perayaan ini tidak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan
corak hidup seorang muslim. Tradisi tanpa dasar ini lahir dan berkembang
dari segolongan manusia (kaum/bangsa) yang hidup dengan corak yang
sangat jauh berbeda dengan corak hidup berdasarkan syariat Islam yang
agung.
Sangat
jelas bahwa Valentine Day adalah budaya orang kafir, yang kita (umat
Islam) dilarang untuk mengambilnya. Kita dilarang menyerupai budaya yang
lahir dari peradaban kaum kafir, yang jelas-jelas bertentangan dengan
akidah Islam. Sungguh, ikut merayakan hari valentin adalah tindakan
haram dan tercela.
Valentine Day adalah budaya orang kafir, yang kita (umat Islam) dilarang untuk mengambilnya.
Ibnu
Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata, "Memberikan ucapan selamat
terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah
disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas
hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya"
dan sejenisnya. Bagi yang mengucapkannya, kalaupun tidak sampai pada
kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah
memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan, perbuatan tersebut lebih besar dosanya di
sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan lebih dimurkai daripada memberi
selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang
terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan
tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas
perbuatan maksiat, bid'ah, atau kekufuran. Padahal, dengan itu ia telah
menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah
Subhanahu wa Ta'ala."
.
. . Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram . . .
.
Syekh
Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine's Day
mengatakan, "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan
berikut. Pertama, ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar
hukumnya di dalam syariat Islam. Kedua, ia dapat menyebabkan hati sibuk
dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan
dengan petunjuk para salaf saleh (pendahulu kita)--semoga Allah meridhai
mereka. Maka, tidak halal melakukan ritual hari raya mereka, baik
dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah,
ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan
agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan
ikut-ikutan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melindungi kaum muslimin
dari segala fitnah (ujian hidup) yang tampak ataupun yang tersembunyi,
dan semoga meliputi kita semua dengan bimbinga-Nya."
Mengekornya
kaum muslimin terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka
senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah
berfirman (yang artinya), "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu;
sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa
di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya
orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al-Maidah: 51).
"Kamu
tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari
Akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya." (QS. Al-Mujadilah: 22)
Mengekornya
kaum muslimin terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka
senang dan dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
Semoga
Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan
kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk
masuk ke dalam surga yang hamparannya seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita
termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan dalam hadis Qudsi,
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya, "Kecintaan-Ku adalah
bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, saling berkorban karena
Aku, dan yang saling mengunjungi karena Aku." (HR Ahmad). Wallahu
a'lam.
Sumber:
1. The standart
International Dictionary, jilid 18 halaman 5090. The Encyclopedia
Americana, jilid 27 halaman 859. (dari
www.isnet.org/archive-milis/archive99).
2. Valentine's Day Bukan Ajaran Islam, Drs. Nur'i Yakin Mch, SH, M.Hum.
3. www.alsofwah.or.id
4. www.hidayatullah.com
[PurWD/voa-islam.com]