Tak Terima Diejek Monyet, Pensiunan TNI Asal Jombang Permai (Jomper) Polisikan Tetangganya

Tamam Mubarrok - detikSurabaya
Jombang - Tak terima dikatain monyet, Antonius Yohanes Soetrisno (72), seorang pensiunan TNI AD asal Jalan Murbei Perum Jombang Permai, melaporkan Setyowati (49), tetangganya sendiri ke polisi. Dari laporan ini, polisi akan segera memanggil terlapor.

"Kita akan segera tindaklanjuti laporan tersebut dengan cara memanggil terlapor untuk diperiksa sebatas saksi dulu," kata Kasubag Humas Polres Jombang AKP Sugeng Widodo, Jumat (31/8/2012).

Menurutnya, permasalahan itu berawal saat bulan Juni 2012 lalu. Saat itu, mobil Setyowati hendak dipinjam Antonius. Entah apa sebabnya, Setyowati mendatangi rumah Antonius yang juga tetangganya sendiri. Dari sini, Setyowati memaki-maki dan berkata-kata kasar.

Dalam perkataan itu, Setyowati mengatai Antonius orang miskin. Tak hanya itu, Antonius juga diejek dengan perkataan seperti monyet. "Orang miskin kok pinjam mobil. Dasar monyet," kata Antonius dalam laporannya ke polisi.

Puas mengejek Antonius, terlapor ini langsung meninggalkan rumahnya sembari menggebrak-gebrak meja. Dari kejadian ini, Antonius yang tersinggung, segera melaporkannya ke polisi. Kini, polisi sudah menerima laporan itu dan akan memanggil Setyowati.

"Kita akan memanggil terlapor agar bisa mengetahui duduk perkara sebenarnya," pungkas Widodo.

(bdh/bdh)
 
 

Sopir Asal Diwek Jombang Menabrak siswa SD, Tewas!

Imam Wahyudiyanta - detikSurabaya
Sungguh tragis nasib bocah SD ini. Saat berjalan pulang dari sekolah, Siti Rahmawati ditabrak truk dari belakang. Bocah SD kelas 3 ini pun tewas di lokasi di Jalan Indrapura Baru, Petekan.

"Anak saya ini sekolahnya masuk siang. Saat tertabrak, dia sedang berjalan pulang ke rumah. Dia masaih mengenakan seragamnya," kata Muhammad Sahlan kepada wartawan di Rumah Sakit PHC, Perak, Kamis (30/8/2012).

Ayah Siti itu menceritakan, usai mengikuti pelajaran di sekolahnya di SD Beteng 7, Siti pulang. Sebenarnya Siti sudah hampir sampai ke rumahnya di kawasan Indrapura Baru. Tetapi entah apa yang terjadi, sebuah truk Fuso bernopol L 8409 AA tiba-tiba nyelonong menabraknya dari belakang. Truk tersebut disopiri oleh Ahmad Firmala Fathoni (37), warga Diwek, Jombang

"Padahal anak saya itu sudah berjalan di pinggir jalan," tambah Sahlan.

Bocah berusia 8 tahun itu tewas setelah kepalanya remuk terbentur aspal jalan. Warga sekitar yang melihat kejadian itu segera membawa anak kedua dari dua bersaudara itu ke RS PHC.

"Badannya tidak apa-apa, tetapi kepalanya berdarah dan kepala bagian belakangnya berlubang. Bagaimana ini, saya tidak punya anak perempuan lagi," tandas Sahlan tersedu-sedu.

(iwd/bdh)

Pendeta dan Kiai Jombang Kompak Kirim Bantuan ke Sampang


 
Jum'at, 31 Agustus 2012 15:39:58 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono


Jombang (beritajatim.com) - Komunitas lintas iman Jombang mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi di Sampang Madura, Jumat (31/8/2012). Bantuan sebanyak satu mobil pikup itu dilepas secara langsung oleh KH Nur Hamid, pengurus PCNU Jombang, KH Djunaidi Hidayat, pengurus MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jombang, serta dua pendeta, yakni Pdt Christian Muskanan dan Pdt Edi Kusmayadi.

"Bantuan ini murni untuk kemanusiaan, yakni untuk pengungsi Sampang yang didera konflik. Kami juga berharap agar agama tidak dijadikan sebagai alat untuk melegitimasi kekerasan. Karena semua agama di dunia ini tidak ada yang mengajarkan kekerasan," kata Nur Hamid saat memberikan sambutan.
Selanjutnya, sambutan serupa juga disampaikan oleh perwakilan MUI Jombang dan juga dua pendeta yang hadir di halaman kantor Lakpesdam NU. Bantuan yang dikirimkan sebanyak satu mobil pikup itu terdiri dari mie instan, pakaian dalam (underwear), popok bayi, dan pembalut, air mineral, baju layak pakai, serta kebutuhan dasar lainnya.

Aan Anshori, koordinator posko kemanusiaan mengatakan, pengumpulan bantuan tersebut dilakukan oleh komunitas lintas iman Jombang. Komunitas tersebut terdiri dari tiga lembaga, yakni StaraMuda (Forum Anak Muda Lintas Agama), GUSDURian (pecinta Gus Dur), serta Persaudaraan Lintas Agama dan Etnis ( Prasasti).

"Posko kemanusiaan sudah kita buka selama tiga hari di halaman kantor Lakpesdam NU Jombang. Nah, mulai hari ini bantuan yang terkumpul itu kita distribusikan ke Sampang Madura. Semoga apa yang kita lakukan ini bisa meringankan beban saudara kita di sana," kata aktivis berkaca mata minus ini.
Aan mengungkapkan, saat ini sekitar 70 KK (kepala keluarga) mengungsi di GOR Sampang. Mereka hidup dengan berbagai keterbatasan akses terhadap kebutuhan dasar. Ironisnya, berbagai problem kesehatan mulai menjangkiti mereka selama di pengungsian. "Sekali lagi, dengan bantuan ini semoga bisa meringankan beban mereka," pungkasnya. [suf/ted]


6 Kecamatan di Jombang Butuh Bantuan Air Bersih

Jum'at, 31 Agustus 2012 14:29 wib wib
Warga mencari air di sumber yang mulai mengering (foto: Mukhtar B/ Sindo TV)
Warga mencari air di sumber yang mulai mengering (foto: Mukhtar B/ Sindo TV)
JOMBANG - Sudah tiga bulan belakangan ini krisis air bersih terjadi di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Warga terpaksa bertahan hidup dengan mencari air dari lobang-lobang kecil yang digali di tengah sungai yang mengering akibat diterpa kemarau panjang.

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mencatat ada 34 desa di 6 kecamatan yang saat ini mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. Salah satunya adalah Desa Marmoyo di Kecamatan Plandaan.

Karena tak ada air lagi, warga di desa itu terpaksa bertahan hidup dengan cara menggali lobang-lobang kecil di tengah sungai yang sudah mengering. Meski jumlahnya sangat terbatas, warga juga harus antre dan berbagi dengan puluhan warga lainnya.

Air yang dapat kemudian dibawa pulang untuk dipakai memasak, mencuci, dan minum. Warga mengaku sudah tiga bulan bertahan hidup dengan cara memprihatinkan seperti ini, namun tak kunjung ada bantuan air bersih sari pemerintah kabupaten.

Menanggapi hal ini, BPBD Kabupaten Jombang mengaku belum mengirim bantuan air bersih pada warga karena sampai saat ini belum ada laporan dan permintaan dari pemerintah desa.

“Aparatur desa di desa-desa yang kekeringan harusnya lebih proaktif dengan segera melapor ke kami agar Pemkab Jombang segera dapat mengirim bantuan,” kata Nur Huda, Kepala BPBD setempat, Jumat (31/8/2012).
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ris)
 
 

Dijanjikan THR, Tabungan Warga Diwek JombangTerkuras

JOMBANG - Peringatan bagi yang mudah percaya terhadap janji manis pemberian hadiah dari seseorang yang tak dikenal. Sebab, penipuan dengan modus sperti itu masih saja terjadi. Sebagaimana yang dialami Bahrur Rhohim (35), warga Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Jombang. Aksi penipuan yang menimpa Bahrur Rhohim berawal ketika pada Kamis (16/8) lalu, sekitar pukul 10.00, menerima telephon dari seseorang yang tidak dikenalnya. Dalam pembicaraan penelpon mengaku jika dirinya dari pihak salah satu layanan telekomunikasi seluler. Dengan gaya bicara yang cukup meyakinkan, korban dinyatakan sebagai salah satu pemenang undian kejutan sebesar Rp 10 juta dari nomor telepon seluler yang dimilikinya.

Lebih jauh penelpon kepada korban mengatakan, untuk menerima hadiah berupa uang THR puluhan juta itu ada syaratnya. Di antaranya adalah korban harus menghubungi sebuah nomor telepon. Dijelaskan, nomor telepon tersebut merupakan bagian staf yang bertugas mengurus hadiah bagi korban.
Selanjutnya, karena merasa bahagia, korban langsung saja mengontak nomor telepon yang diberikan, untuk memastikannya. Saat itu telepon korban diterima seorang perempuan yang mengaku bernama Dian Yunita. Wanita ini secara tegas meyakinkan korban kalau memang benar-benar mendapatkan hadiah uang THR. Untuk itu, korban diharuskan mengirimkan nomor rekening tabungan miliknya. Percaya saja, korban menyanggupinya.

Setelah itu, korban diminta menuju ke mesin ATM untuk mengikuti petunjuk agar uang hadiah dapat segera ditransferkan. Lagi-lagi, korban langsung menuju ke mesin ATM pada BTN (Bank Tabungan Negara) Jombang.
Namun usai mengikuti beberapa petunjuk, korban merasa curiga. Korban pun segera memutuskan untuk mengecek saldo tabungannya. Saat itulah, melihat saldo uang tabungannya telah berkurang sebesar Rp 500 ribu. Tapi korban masih belum percaya, hingga beberapa hari menunggu, ternyata hadiah uang tak didapat. Akhirnya, korban baru sadar kalau telah tertipu pada Rabu (28/8) kemarin dan melapor ke Mapolres Jombang.

Kasubag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo membenarkan adanya laporan korban. Menurut Sugeng Widodo, kasus penipuan dengan modus lama itu masih dalam penyelidikan. “ Karena itu kami menghimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dan waspada apabila mendapati hadiah-hadiah kejutan, baik melalui telephon atau SMS, ” ujar AKP Sugeng Widodo kemarin. * rul


Nyammm Nyammm... Gurihnya Nasi Uduk Bakar di Wisata Makam Gus Dur Jombang

 
Rabu, 29 Agustus 2012 14:53:24 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Kuliner nasi uduk bagi sejumlah kalangan memang sudah tidak asing lagi, terutama rasa gurihya yang memanjakan lidah. Apalagi nasi uduk yang gurih ini disajikan hangat dengan bungkus daun pisang yang dibakar.

Untuk bisa menikmati makanan khas betawi ini warga Jombang tidak perlu repot mencarinya ke kota asal Si Doel. Di kawasan wisata religi Gus Dur peminat kuliner ini bisa menemukan sajian khas nasi uduk bakar. Tepatnya di desa Kwaron Diwek atau arah 300 meter ke utara dari makam Gus Dur arah kota Jombang. “Menu baru ini mungkin bisa jadi alternatif dan pilihan kuliner di Kota Jombang dan wisata Gus Dur,” ujar Fidia Rismana pemilik warung nasi uduk bakar, Rabu (29/8/2012).

Memang, menu andalan warung ini adalah nasi uduk bakar. Penggemar wisata kuliner di Jombang bisa menikmati menu tersebut dengan santai. Lokasinya yang berada dipinggir jalan raya bisa menambah suasana santai penggemarnya. Sambil menikmati suasana malam, pengemar nasi uduk bisa menikmati makanan khas bersama ayam bakar manis dan sambel yang pedas. “Tiga rasa gurih, pedas dan manis ini bisa menciptakan sensasi lebih dilidah penggemarnya” imbuhnya.

Nasi uduk memang sudah terkenal, nasi dimasak dengan menggunakan santan dan bumbu-bumbu lainya seperti daun salam dan serai. Sedangkan untuk penyajiannya bisa digandengkan dengan daging ayam kampung. Meskipun berada di kaki lima atau bahasa kerennya cafe tenda rasa gurihnya nasi uduk tetap terasa.

Tak heran jika sajian baru di kawasan wisata kuliner gus dur ini menjadi alternatif pilihan santap malam sejumlah santri dan peziarah makam mantan presiden RI ke 4 KH Abdurahman Wahid tersebut. “Memang beda rasanya, apalagi di kawasan Gus Dur ini belum ada menu makanannya ini," ujar Maulana salah satu peziarah yang sempat mampir.

Dengan merogoh kocek Rp 13.000 Maulana sudah bisa mendapatkan satu porsi sajian khas nasi uduk bakar bersama ayam bakar kampung yang empuk dan lezat. Bersama temannya dia mengaku ingin kembali menikmati sensasi nasi uduk jika berziarah ke makam Gus Dur.

Untuk bisa menikmati sajian nasi uduk bakar ini penggemar kuliner malam harus sedikit bersabar. Pasalnya setelah memesan menu mereka harus menunggu nasi dan ayam dibakar terlebih dahulu di tempat. Setelah bumbu ayam bakar masuk dan matang baru bisa disajikan. Nasi uduk yang dibungkus daunpun disajikan hangat dengan bakaran daun pisang. Anda berminat, jangan lupa saat ziarah ke makam Gus Dur atau hanya sekedar ingin menikmati kuliner malam datang ke warung yang ada di pinggir jalan depan pertigaan Jalan Krisna Kwaron Kecamatan Diwek, Jombang. [suf/ted]


Gus Ipul Bantah Pemprov Tak Serius Tangani Pengungsi Syiah

Kamis, 30 Agustus 2012 07:45 wib wib

JOMBANG - Wakil Gubernur Jawa Timur Saefullah Yusuf membantah keras tudingan yang menyebut pemerintah provinsi tidak serius menangani para pengungsi korban kekerasan di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.

Menurut pria yang akrab disapa Gus Ipul itu, Pemprov Jatim justru disibukkan dengan mencarikan tempat baru yang lebih layak untuk menampung lebih dari 230 pengungsi itu.

Hal tersebut disampaikan Gus Ipul saat menghadiri acara halal bihalal di Pondok Pesantren Kiai Mojo di Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Rabu, 29 Agustus malam.

Jumlah pengungsi yang terdata saat ini ada 63 kepala keluarga yang terdiri dari 63 laki-laki, 71 perempuan, 93 anak-anak, dan sisanya balita.

Gus Ipul menyebut tempat yang ada sekarang, yakni Gedung Olahraga (Gor) Sampang, kurang layak karena laki-laki, perempuan, dan anak-anak bercampur.

Pemprov, kata dia, berjanji akan memenuhi segala kebutuhan pengungsi, mulai makanan, obat-obatan, selimut, MCK, dan keperluan lainnya.

Dia juga membantah para warga Syiah akan direlokasi dengan cara diikutkan dalam program transmigrasi. Namun, para pengungsi diberi hak untuk memilih di mana mereka ingin tinggal.

Jika mereka tetap ingin di Sampang, pemprov akan membantu, termasuk mendirikan tempat tinggal baru dan menyediakan fasilitas kesehatan dan pendidikan bagi anak-anak.

Dia juga mengimbau kepada warga Sampang agar tidak mudah terprovokasi dengan isu dan konflik yang diembuskan pihak manapun agar kerusuhan seperti ini tidak berlanjut.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ton)
 
 

Pulang dari Mudik, Pasutri Tewas Ditabrak Bus di Jatipelem Jombang!

Selasa, 28 Agustus 2012 13:30 wib wib
Bus Cendana (Dok: Sindo TV/Mukhtar B)
Bus Cendana (Dok: Sindo TV/Mukhtar B)
JOMBANG - Sepasang suami istri asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, tewas dan dua anak mereka kritis setelah ditabrak bus yang melaju ugal-ugalan di Jalan Raya Jombang-Surabaya, siang tadi.

Diah Ambarwati (35) dan Santoso (38), warga Desa Pesudukuh, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, ditabrak bus Cendana, jurusan Ponorogo-Surabaya di Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.

Diah tewas seketika di lokasi, sementara Santoso sempat dibawa ke UGD RSUD Jombang namun nyawanya tidak terselamatkan.

Dua anak mereka, Imam Ardiansyah (9) dan satu lagi belum diketahui identitasnya, diperkirakan berusia tiga tahun, dalam kondisi kritis. Mereka dirawat intensif di UGD RSUD Jombang.

Tauhid, seorang saksi mata, Selasa (28/8/2012), menuturkan, kecelakaan terjadi saat keluarga yang menaiki sepeda motor itu sedang dalam perjalanan pulang usai mudik Lebaran dari Surabaya menuju Nganjuk.

Saat melintas di TKP, dari arah berlawanan muncul bus Cendana yang dikendarai Arif Ridiyan, warga Siman, Ponorogo. Bus yang melaju kencang tersebut diketahui sedang balapan dengan bus lainnya.

Meski di depan bus ada beberapa sepeda motor, Arif tetap memaksa menyalip hingga melewati pembatas jalan dan menabrak sepeda motor korban.

Usai kejadian, Arif dan kernetnya dikeroyok warga setempat. Beruntung polisi cepat datang ke lokasi kejadian dan mengamankan awak bus ke Pospol Ngrandu.

Akibat peristiwa itu, puluhan penumpang bus Cendana telantar. Seorang di antaranya pingsan karena syok melihat kecelakaan tragis tersebut. Kasus kecelakaan ini ditangani petugas Unit Laka Lantas Polres Jombang.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ton)
 
 

Ibu Jombang Si Pemotong Tangan Bayinya Stres Sejak Diputus Kekasih

Selasa, 28 Agustus 2012 11:42 wib wib
Budi, adik ipar Nur Inaiana (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
Budi, adik ipar Nur Inaiana (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
JOMBANG - Nur Inaniana, perempuan yang tega memotong tangan bayinya, Aisiyah Febriana, ternyata sudah mengalami gangguan jiwa sejak 1997. Pada 1999, dia baru dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Surabaya, Jawa Timur.

Budi, adik ipar Inaiana, Selasa (28/8/2012), mengatakan, kakaknya sudah mengalami gangguan jiwa sejak duduk di bangku kelas 2 SMA. Pemicunya masalah asmara. Hubungan percintaan Inaniana dengan seorang laki-laki yang juga teman satu sekolahnya, kandas.

Menurut Budi, setelah diputus pacar, Inaniana sempat berusaha bunuh diri dengan cara mengiris nadi di tangannya. Karena kondisi kejiwaannya terus terguncang, keluarga pun membawa Inaniana ke RSJ Menur dua tahun kemudian. Setelah itu, Inaiana sempat menikah dengan Arifin dan dikaruniani anak bernama Aisiyah Febriana.

Setelah diperbolehkan pulang, setiap hari perempuan warga Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, itu harus mengonsumsi obat penenang agar tidak kambuh. Namun, meski penyakitnya kambuh, Inaniana tidak pernah mengamuk atau menganiaya orang lain. Baru pada Sabtu pekan lalu, dia nekat memotong tangan bayinya sendiri.

Hal senada diungkapkan Masudi, kerabat Inaniana yang juga Kepala Dusun Gedangan, tempat pelaku tinggal. Menurut Masudi, baru kali ini perempuan berusia 31 tahun itu melukai orang lain. Inaniana memotong pergelangan tangan kiri darah dagingnya sendiri yang masih berusia tujuh bulan menggunakan gunting.

Kini, Aisiyah masih menjalani perawatan di RSU Soetomo, Surabaya. Sementara, Inaiana dirawat di RSJ Menur.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ton)
 
 

Pulang dari Mudik di Solo, Warga Sidoarjo Tewas Ditabrak Truk di Jombang

Senin, 27 Agustus 2012 11:12 wib wib
Jenazah Budi Ananto di pinggir jalan (foto: Mukhtar Bagus/ Sindo TV)
Jenazah Budi Ananto di pinggir jalan (foto: Mukhtar Bagus/ Sindo TV)
JOMBANG – Seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Pengadilan Negeri Sidoarjo, Jawa Timur, tewas tertabrak truk di perjalanan usai mudik dari Solo, Jawa Tengah. Korban yang diketahui bernama Budi Ananto, mengalami kecelakaan di depan kantor Samsat Peterongan, Kabupaten Jombang.

Korban, mengendarai sepeda motor berpelat merah W 4087 QN, tewas dengan posisi telungkup masih menggunakan helm. Polisi langsung mengevakuasi jasad korban ke RSUD Jombang.

Mufid, saksi mata, menyebutkan, korban melaju dari arah Solo menuju Surabaya. Saat tiba di depan kantor samsat, korban bermaksud berbalik arah, namun langsung disambar oleh truk yang melaju kencang dari arah berlawanan. Truk tidak berhenti dan melaju kencang.

“Korban terseret hingga 10 meter. Saya rasa dia mengalami luka di kepala,” ujar Mufid di lokasi, Senin (27/8/2012).

Identitas korban ditekahui setelah petugas memeriksa saku celana dan mendapat ID card. Dari keterangan keluarga yang dihubungi petugas melalui telefon genggam, menyebut, korban dalam perjalanan pulang ke Sidoarjo setelah berlebaran di Solo.

Petuga Unit Laka Lantas Polres Jombang masih menunggu kedatangan keluarga korban dari Solo dan Sidoarjo. Truk penabrak korban juga masih dalam pengejaran.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ris)
 
 

Ibu di Jombang Potong Tangan Bayinya Sendiri!

Sabtu, 25 Agustus 2012 14:34 wib wib
Aisiyah di RSUD Jombang (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
Aisiyah di RSUD Jombang (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
JOMBANG - Tangan bayi berusia tujuh bulan dipotong oleh ibu kandungnya menggunakan gunting. Ibu sang bayi diketahui mengalami gangguan kejiawaan.

Dalam kondisi kritis, bayi bernama Aisiyah Febriana, warga Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, langsung dilarikan ke RSUD Jombang, Sabtu (25/8/2012) siang.

Pergelangan tangan kiri bayi mungil itu nyaris putus setelah dipotong oleh ibunya, Kinaiana (33).

Karena kondisinya memburuk, pihak RSUD Jombang terpaksa merujuk Aisiyah ke RSU Soetomo, Surabaya.

Nur Saadah, nenek korban, menuturkan, Aisiyah terus menangis sejak pagi tadi. Sementara, ayah korban, Arifin (31), berada di pasar menjual sayuran.

Diduga, lantaran kesal mendengar tangisan dan sakit jiwanya kambuh, Kinaiana nekat memotong tangan kiri putrinya.

Saadah, yang saat itu berada di lokasi, langsung merebut korban dari tangan ibunya kemudian  melarikannya ke rumah sakit.

Kinaiana diketahui sudah mengalami gangguan jiwa sejak beberapa tahun terakhir. Meski sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Menur, Surabaya, sakit jiwa pelaku masih sering kambuh.

Polisi mengamankan gunting yang digunakan pelaku untuk memotong tangan anaknya sebagai barang bukti. Namun, petugas tidak mengamankan Kinaiana karena yang bersangkutan dalam kondisi sakit jiwa.

Kasus ini ditangani petugas Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ton)
 
 

Lebaran Ketupat, Janur & Kue Lepet Laris Manis di Jombang

Sabtu, 25 Agustus 2012 - 10:12 wib wib
Mukhtar Bagus - Sindo TV
Warga memburu janur untuk dibikin ketupat (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
Warga memburu janur untuk dibikin ketupat (Dok: Sindo TV/Mukhtar Bagus)
JOMBANG - Pedagang janur di pasar-pasar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, diserbu pembeli. Warga berbondong-bondong membeli janur, bahan membuat ketupat karena pada Minggu besok atau tujuh hari setelah Idul Fitri 1433 H, sebagian besar masyarakat Muslim di Jawa merayakan Hari Raya Ketupat.

Warga, sejak Sabtu (25/8/2012) subuh, mendatangi pasar-pasar memilih dan mengambil janur karena khawatir tidak kebagian.

Pada Hari Raya Ketupat, warga memasak ketupat lalu dibawa ke musala atau masjid masing-masing untuk didoakan bersama-sama. Setelah itu, ketupat dibagikan atau dimakan bersama keluarga.

Hari Raya Ketupat memberi berkah bagi para pedagang di pasar-pasar tradisional. Warga yang tidak ingin mengolah sendiri janur langsung membeli ketupat jadi.

Harga janur pada Hari Raya Ketupat cukup tinggi, yakni Rp4.000 untuk 10 lembar. Sementara ketupat jadi Rp5.000 sampai Rp6.000 untuk 10 buah.

Selain janur, panganan khas Hari Raya Ketupat ialah kue lepet. Seperti halnya janur, kue lepet juga laris manis. Kue lepet dijual Rp1.000 per buah.
 
 

Kuli Bangunan Hormat Bendera di Menara Masjid Jami' Jombang Ditertawakan, Malulah Kalian Yang Tertawa!

Jum'at, 17 Agustus 2012 13:04 wib
Buruh bangunan hormat bendera di Alun-Alun Jombang (Dok: Sindo TV/Mukhtar B)
Buruh bangunan hormat bendera di Alun-Alun Jombang (Dok: Sindo TV/Mukhtar B)
JOMBANG - Seorang buruh bangunan yang sedang bekerja di atas menara setinggi 50 meter spontan menghentikan pekerjaannya dan memberi hormat saat Bendera Merah Putih dikibarkan.

Sayangnya, aksi kuli bangunan itu justru ditertawakan peserta upacara HUT ke-67 RI di Alun-Alun kota Jombang, Jawa Timur. Upacara tingkat kabupaten itu diikuti ribuan peserta. Upacara dimulai sejak pukul 09.00 WIB.

Saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan, bersamaan dengan pengibaran bendera, seorang buruh bangunan berdiri dan hormat bendera.

Posisi menara tepat di depan peserta upacara. Kontan saja aksi buruh bertelanjang dada itu membuat para peserta upacara, yang dipimpin Bupati Jombang, Suyanto, tertawa terpingkal-pingkal.

Entah apa maksud peserta upacara menertawakan aksi pekerja yang tengah menyelesaikan pengerjaan menara masjid itu, namun bagi mereka hormat bendera di atas menara merupakan pemandangan aneh. Apalagi, sikap buruh bangunan tersebut berdiri sempurna.

Upacara berakhir sekira pukul 10.00 WIB.
(Sindo TV / Mukhtar Bagus / ton)
 
 

Naik Motor di Jombang, Ditabrak Bus, Suami Istri Tewas, 2 Anak Sekarat, Sopir Diamuk Warga!

 
Selasa, 28 Agustus 2012 11:03:14 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Kecelakaan maut terjadi di Jalan Raya Jatipelem Jombang antara bus dengan motor pemudik, Selasa (28/8/2012). Akibatnya, pasangan suami istri (pasutri) tewas, sedangkan dua anaknya kritis dan dirawat di RSUD Jombang.

Kecelakaan itu bermula ketika Santoso (38) dan istrinya Diah Ayu Ambarwati, serta dua orang anaknya berboncengan motor bernopol B 6405 PIF. Pemudik lebaran ini melaju ke arah barat. Awalnya perjalanan mereka lancar-lancar saja meski membawa perbekalan layaknya orang mudik.

Nah, setelah tikungan Jatipelem, Santoso cukup kaget. Karena dari arah berlawanan melaju cukup kencang sebuah bus PO Cendana dengan nopol AE 7140 UB yang dikemudikan Arif Ridiyan (36), warga Ponorogo. "Bus warna putih itu kemudian menabrak motor yang ditumpangi sekeluarga itu," kata Tauhid (50), warga di lokasi kejadian.

Akibat benturan keras itu, motor jenis Vega tersebut terbanting ke aspal. Warga yang mengetahu kejadian itu langsung berhamburan untuk memberikan pertolongan. Sedangkan warga lainnya melaporkan kejadian itu ke pos pantau terdekat. Ironisnya, sopir bus sempat melarikan diri hingga akhirnya dikeroyok massa.

Kecelakaan tersebut mengakibatkan Santoso dan istrinya, Diah Ayu meninggal. Sedangkan dua anaknya yang masing-masing berusia 10 dan 3 tahun kritis. "Sang istri meninggal di lokasi kejadian, sedangkan suaminya meninggal saat berada di UGD RSUD Jombang. Selain patah tulang, mereka juga mengalami cedera otak sedang," kata dr Puspitasari, dokter jaga di UGD Jombang. [suf/ted]


Biker Jombang Tuntut Keselamatan Pengguna Sepeda

 
Selasa, 28 Agustus 2012 09:12:00 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Puluhan anggota komunitas bersepeda Jombang menuntut hak. Caranya, mereka berkeliling kota sembari memasang rambu serta membagikan bunga yang diselipi himbauan untuk memberi hak bagi pengendara sepeda.

Konvoi itu dimulai dari halaman kantor PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jombang. Mereka dilepas secara langsung oleh Kapolres Jombang, AKBP Tri Bisono Soemiharso. "Selain mensosialisasikan UU lalu lintas, ini juga untuk memkampanyekan sehat bersepeda," kata Kapolres, Selasa (28/8/2012).

Begitu dilepas, puluhan pesepeda dari berbagai klub ini langsung mengayuh kendaraannya. Di sejumlah tempat strategis mereka berhenti untuk memasang rambu yang berisi himbauan. Semisal, sebuah papan bertuliskan 'Hormati Hak Pesepeda' kemudian 'Taati UU Lalu Lintas Nomor 22/2009. "Hak pengendara sepeda itu dijamin undang-undang. Diantaranya, UU lalu luntas No 22/2009 Pasal 45 yang berbunyi fasislitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan meliputi lajur sepeda," kata Jalaluddin, salah satu pegiat sepeda angin Jombang.

Kemudian, kata Jalal, pasal 106 yang berbunyi setiap orang yang mengendarai kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda. "Undang-undangnya sudah jelas, namun masih sedikit orang yang memahami," katanya.

Selain ditempel di sejumlah titik strategis, sejumlah tulisan yang
bernada sosialisasi itu juga diselipkan pada setangkai bunga mawar dan dibagikan kepada setiap pengguna jalan. Menariknya, anggota Polres Jombang juga ikut dalam acara tersebut. Dengan memakai seragam cokelat, mereka menggowes sepeda angin menyusuri kota. [suf/ted]


Innalillahi.. Korban Pesawat Cesna Ternyata Asal Jombang!

 
Senin, 27 Agustus 2012 13:40:29 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Suasana duka menyelimuti keluarga Djojo Wasito (80), warga Dusun Ngampon Desa Pengampon Kecamatan Kabuh, Jombang. Itu setelah mereka mendapatkan kabar bahwa anaknya yang bernama Kapten Suyoto (51) ikut menjadi korban jatuhnya pesawat carter jenis Cesna Piper Navajo Chieftain di Bontang, Kalimantan Timur, Jumat kemarin.

"Kami tidak menyangka kalau Suyoto meninggal dalam kecelakaan tersebut. Karena saat lebaran dia masih pulang kampung, setelah itu kembali bertugas. Kami tidak ada firasat apa-apa," kata pria berambut putih ini sembari menunjukkan foto Suyoto yang terpajang di ruang tamu, Senin (27/8/2012).

Kapten Suyoto merupakan anak tunggal dari pasangan Djojo Wasito dan Suwantini (80). Semenjak kecil Suyoto sudah bercita-cita menjadi anggota TNI. Walhasil, meski dari keluarga petani, cita-cita warga Dusun Ngampon ini bisa tercapai. Menariknya, rumah keluarga Djojo sangat sederhana. Hanya berdinding kayu dan berlantai tanah.

Kasmidi (52), adik sepupu Suyoto berharap jenazah kerabatnya itu segera dikirim ke Jombang. Karena pihak keluarga sudah mempersiapkan proses pemakaman. "Rencananya akan dimakamkan di TMP (Taman Makam Pahlawan) Jombang," kata Kasmidi ketika ditemui di rumah duka.

Disinggung tentang firasat meninggalnya Suyoto, Kasmidi hanya menggelengkan kepala. Ia hanya mengatakan bahwa terakhir bertemu dengan Suyoto pada perayaan Idul Fitri. Hanya saja, usai shalat ied, anggota TNI-AU berpangkat Kapten tersebut langsung kembali ke Jakarta untuk berdinas.

Kasmidi bisa merasakan kejanggalan. Biasanya, Suyoto selalu ceria dan sering melempar lelucon. Namun dalam pertemuan terakhir tersebut Suyoto lebih banyak diam. "Itu mungkin sebuah firasat, namun kami yang tidak paham," ujar Kasmidi sembari memandangi foto Suyoto yang mengenakan seragam TNI-AU warna oranye. [suf/but]


Jadi Korban Tabrak Lari di Jombang, Pegawai PN Sidoarjo Tewas

Senin, 27 Agustus 2012 10:04:15 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Seorang pegawai PN (Pengadilan Negeri) Sidoarjo, Budi Ananto (45), tewas seketika setelah menjadi korban kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Jogoloyo atau depan pabrik Pei Hei, Senin (27/8/2012) pagi. Ironisnya, truk yang menabrak tersebut langsung melarikan diri.

Kanit Laka Lantas Polres Jombang, Ipda Darul Asifin menjelaskan, kecelakaan terjadi di depan PT Pei Hai sekitar pukul 05.00 WIB. Saat itu, Budi mengendarai motor yang belum diketahui nopolnya dari arah barat. Ia baru saja berlebaran di Solo. Perjalanan dari Solo hingga Jombang awalnya berjalan aman.

Sesampai di Jalan Raya Jogoloyo, bapak empat anak ini hendak mendahului truk yang melintas searah di depannya. Namun apes, pada saat bersamaan truk yang tidak diketahui nopolnya itu hendak putar balik. Sehingga truk tersebut berbelok ke kanan. Karena Budi memacu kuda besinya dengan kecepatan tinggi, ia hilang kesimbangan ketika mengetahui truk tersebut berbelok. Dalam hitungan menit, dua kendaraan itu bertabrakan.

Budi terlempar dari kendaraannya hingga terbanting ke aspal. Mengetahui korbannya bersimbah darah, truk tersebut justru melarikan diri. "Korban tewas di lokasi kejadian. Sedangkan truk yang menabrak melarikan diri," kata Darul ketika berada di kamar jenazah RSUD Jombang.

Sementara itu, Hasta (38), adik kandung korban terlihat syok. Ia tak menyangka kakaknya menjadi korban tabrak lari. "Kakak saya dinas di PN Sidoarjo. Kemarin dia pergi ke rumahnya di Solo untuk berlebaran," kata perempuan berambut sebahu dengan mata sembab. [suf/but]


JIAD Jombang Desak Polisi Lindungi Warga Syiah Sampang

 
Minggu, 26 Agustus 2012 16:26:58 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) Jatim meminta agar aparat kepolisian memberikan perlindungan terhadap warga syiah di Desa Karanggayam Kecamatan Omben, Sampang. JIAD juga mengecam aksi kekerasan yang menimpa warga Syiah hingga menyebabkan jatuh satu korban jiwa.

Pernyataan itu dilontarkan oleh presidium JIAD Jatim, Aan Anshori usai menggelar doa bersama lintas iman di aula Lakpesdam NU Jombang, Minggu (26/8/2012). Acara doa bersama itu sengaja digelar oleh JIAD dan Stara Muda Jombang (Forum Anak Muda Lintas Agama). "Kami mengecam aksi kekerasan oleh siapapun dengan alasan apapun. Perbedaan keyakinan seharusnya bisa disikapi secara lebih dewasa dan bermartabat," ujar Aan.

Lebih jauh, Aan menuntut agar aparat keamanan bersungguh-sungguh melindungi pengikut Ustad Tajul Muluk, karena aksi kekerasan di Sampang tersebut bukan kali ini saja. Bukan itu saja, ia juga meminta kepada tokoh masyarakat/agama Jawa Timur untuk terus mengedepankan dialog atas kasus tersebut dengan berpijak pada kesetaraan dan kemanusiaan. "Kami senantiasa berdoa agar keadilan dan kedamaian senantiasa berada di Indonesia," tambah Andi Sujatmika, koordinator Stara Muda Jombang.

Seperti diberitakan, warga syiah Sampang pimpinan Ustad Tajul Muluk kembali mendapat serangan dari sekelompok warga antisyiah di Karang Gayam kecamatan omben dan desa Bluuran Kecamatan Karang Penang. Akibat penyerangan itu, seorang pengikut syiah tewas. Selain itu, puluhan rumah pengikut Syiah di dua desa tersebut hangus terbakar. [suf/ted]


Tanggul Brantas di Kudu Jombang Amblas 25 Meter!

Jum'at, 24 Agustus 2012 19:29:05 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) – Tanggul Sungai Brantas sepanjang 25 meter Ratusan warga di Desa Menturus Kecamatan Kudu ambles hingga kedalaman 1,8 meter. Praktis, hal itu membuat warga yang menghuni pemukiman di sekitar lokasi merasa khawatir.

"Jarak antara tanggul dengan pemukiman warga tidak lebih dari 30 meter. Kita khawatir, jika tiba-tiba tanggul ambrol akan menenggelamkan desa kami. Makanya kita berharap pemerintah segera melakukan perbaikan," kata Bambang, salah satu warga, Jumat (24/8/2012).

Bambang mengatakan, peristiwa ambrolnya tanggul itu awalnya terjadi pada Kamis (23/8/2012) dini hari. Warha mendengar suara gemuruh seperti ada yang runtuh. Khawatir terjadi sesuatu, warga lantas mendatangi tanggul yang menjadi sumber suara itu. Nah, dari situlah warga akhirnya mendapati ada tanggul yang retak. Paginya, kondisi tanggul sudah tidak lagi sekedar retak. Tetapi sudah ambles dengan kedalaman 1,8 meter dan panjang 25 meter.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Nur Huda, membenarkan terkait amblesnya tanggul itu. Dia mengaku sudah mengecek langsung ke lapangan. "Meski ambles, tapi kondisi tanggul masih kokoh," katanya beralasan.

Jebolnya tanggul itu sendiri menurutnya lebih karena faktor umur dan kontruksi tanggul. Sebab saat ini, kondisi air sungai Brantas sedang landai dan tidak meluap. "Untuk pembenahan tanggul akan ditangani langsung oleh Jasa Tirta," pungkasnya. [suf/but]


Di Jombang, Selama Arus Mudik, 53 Kecelakaan, 6 Orang Tewas

Jum'at, 24 Agustus 2012 09:59:43 WIB
Reporter : Yusuf Wibisono

Jombang (beritajatim.com) - Sebanyak 53 kasus kecelakaan terjadi di Jombang selama arus mudik lebaran. Dari jumlah tersebut, enam orang korban dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan korban materiil akibat kecelakaan tersebut mencapai Rp 79,2 Juta.

"Kecelakaan lalu lintas selama operasi ketupat mulai 11 - 22 Agustus 2012 mencapai 53 kasus. Dari jumlah itu, enam orang meninggal dunia," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo, Jumat (24/8/2012).

Widodo mengungkapkan, kecelakaan yang paling banyak terjadi adalah kendaraan roda dua atau sepeda motor. Dari 53 kasus itu, 50 kecelakaan diantaranya melibatkan sepeda motor. Sedangkan luka ringan akibat kecelakaann tersebut tembus 69 orang. "Untuk yang luka berat hanya satu orang korban," kata Widodo merinci.

Dengan tingginya kecelakaan itu, Widodo berharap para pemudik yang akan kembali senantiasa hati-hati. Ia juga menyarakan agar para pengguna motor tersebut menghindari jalur rawan kecelakaan serta kemacetan. Sebagai gantinya, disarankan melewati jalur alternatif. Diantaranya, alternatif pertama meliputi Gambiran Mojoagung - Mojowarno - Ngoro - Blimbing - Gudo -Semen - Kertosono. Sedangkan alternaif kedua, Jatipelem - Gudo - Semen - Kertosono.

"Dengan melintasi jalur alternatif maka pemudik akan menghindari jalur rawan macet dan rawan kecelakaan seperti kawasan Gambiran, perlintasan rel Kereta api Peterongan, serta perbatasan Bandar Kedungmulyo - Mengkreng (Kediri)," pungkas Widodo. [suf/ted]


Jalani Hidup Pasca Idul Fitri

Hari Raya Idul Fitri sebagai epos penyempurna pasca puasa Ramadan menjadi sangat berarti ketika kemerdekaan kembali direngkuh. Manusia sebagai insan yang tidak pernah lepas dari salah dan lupa akan menemukan fitrahnya kembali apabila hari kemenangan ini dapat kita maknai dengan sungguh-sungguh. Bukan sekadar ritual yang habis manis sepah dibuang. Atau bergembira ria di hari Lebaran, selepas salat Ied berlalu segala sifat, mentalitas, dan perbuatan buruk mencuat kembali dan menorehkan tinta hitam di kertas putih dan suci.

"...dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS al-Baqarah:185)

Pertanyaannya, apakah title ‘manusia suci’ itu hilang pasca perayaan Idul Fitri? Pertanyaan itu mengemuka tak kala banyak di antara kita yang perlahan-lahan mulai menghilangkan semangat beribadah bulan suci Ramadan. Semangat beribadah yang menggebu-gebu di saat bulan Ramadan seakan-akan tertelan dengan kesibukan mengejar material duniawi.

Patut diakui, meraih kemenangan apapun bentuknya seakan lebih mudah daripada menjaga kemenangan itu sendiri. Hiruk pikuk kehidupan duniawi seakan-akan membius umat Islam untuk kembali berprilaku menyimpang dari agama. Jika demikian, maka kita termasuk orang-orang yang merugi.

Berpuasa yang bermakna al-imsak atau menjaga atau menahan hawa nafsu sehingga tidak menimbulkan kerusakan tentu tidak berarti apa-apa. Puasa selama 1 bulan penuh yang seharusnya bisa menjadi spirit bagi kita untuk tetap bisa terjaga dan terhindar dari prilaku kerusakan dan kejahatan, hanya sekadar rutinitas tahunan saja. Jiwa Ramadan benar-benar tidak kita peroleh.

Sepatutnya kita berbangga ketika diberikan kesempatan mengikuti ‘pelatihan spiritual’ selama bulan suci Ramadan lalu. Sebab, selama bulan Ramadan, kita dilatih untuk imsak‘an (menahan diri) dan imsak bi (berpegang teguh kepada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya).

Prof Jalaludin Rahmat juga mengartikan orang yang imsak bi berarti orang yang memiliki keyakinan yang dipegang teguh. Ia berusaha tegak di atas keyakinan itu. Sekali ia memutuskan sesuatu yang benar, ia akan mempertahankannya dengan seluruh hidupnya.

Dalam berpuasa itu, umat Islam dilatih menjadi manusia imsak bi, manusia yang mempertahankan keyakinan. Selama Ramadan kita dilatih kejujuran; untuk bersikap dan berkata jujur. Bisa saja kita makan dan minum seenaknya di tempat tempat yang tertutup dan sunyi yang tidak terlihat oleh siapapun. Akan tetapi karena kita yakin bahwa Allah SWT Maha Mengetahui, dan hati kita bersikap jujur.

Sepatutnya pula ‘materi-materi’ pelatihan itu terus kita aplikasikan selama 11 bulan ke depan. Nilai-nilai Ramadan dapat menjadikan kita sebagai manusia yang dapat menghindari kepribadian al mutalawwin (bunglon) dan mempertahankan konsistensi. Tidak mudah menjadi manusia yang dapat menjaga konsistensi, terlebih konsistensi beribadah di bulan suci Ramadan. Tidak salah jika ada yang menilai konsistensi adalah sifat langka dan mahal saat ini.

Menjaga sikap konsisten diumpamakan seperti memegang bara api menyala. Digenggam tangan terbakar, jika dilepas bara terancam padam. Tidak banyak umat Islam yang mau dan mampu menjalankannya. Melalui tulisan ini, ada baiknya saya menghimbau kepada umat Islam untuk tetap menjaga konsistensi semangat Idul Fitri. Semangat meraih kemenangan dan kesucian. Semangat menjadi manusia yang bertakwa. Amien.
(Dr HM Harry Mulya Zein)




Home Industry Petasan dan Bahan Peledak di Diwek Jombang Digerebek!

Jumat, 24/08/2012 08:08 WIB
Tamam Mubarrok - detikSurabaya
Jombang - Pusat home industry petasan dan pembuatan serbuk mercon di Desa Keras Kecamatan Diwek Jombang, digerebek polisi. Akibatnya, puluhan ribu petasan berbagai jenis siap edar dan ratusan kilogram serbuk mercon disita.

Informasinya, Jumat (24/8/2012) dini hari, awalnya polisi melakukukan penyisiran ke rumah-rumah warga yang digunakan sebagai home industry mercon. Hasilnya, polisi bersenjata lengkap ini berhasil menemukan ratusan paket mercon siap diedarkan.

Tak cukup itu, polisi juga menyisir ke perkebunan di area belakang rumah dan pemakaman umum desa setempat. Petugas berhasil mengamankan ribuan paket petasan siap dijual. Selain itu, ratusan kilogram serbuk bahan peledak yang terbungkus rapi juga diamankan.

Meski demikian, tak satupun pemilik dan pengrajin petasan ini tertangkap oleh petugas saat penggerebekan. Sejumlah warga yang menyaksikan penggerebekan ini, tak bisa berbuat banyak saat petasannya disita polisi.

Kasubag Humas Polres Jombang, AKP Sugeng Widodo mengatakan, razia petasan ini digelar untuk menekan peredaran petasan ilegal yang kerap memicu timbulnya korban ledakan. Sebab, petasan yang disitanya, rencananya akan dipasarkan ke luar Jombang.

"Kita menyitanya untuk dibawa ke Mapolres Jombang kemudian dimusnahkan. Kita akan terus gelar razia ini sampai masyarakat bisa nyaman dan aman," kata Sugeng.
(fat/fat)